1.
Kepemimpinan secara umum
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, mendapat awalan pe
dan akhiran an yang menunjukkan sifat yang dimiliki pemimpin itu.
Secara teoritis banyak sekali sarjana yang memberikan
terminology mereka terhadap pengertian kepemimpinan, tergantung pada sudut
pandang mereka memberikan definisi atau batasan terhadap kepemimpinan, di
antaranya adalah:
a.
Hadipoerwono: Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan menjalin hubungan antara sesama
manusia sehingga mendorong orang lain untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan
hasil yang maksimal.
b.
George R. Terry, Kepemimpinan
adalah hubungan di mana di dalamnya antara orang yang dipimpin dan pemimpin
saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan
sang pemimpin.
Berdasarkan termenologi di atas, secara umum kepemimpinan
dapat dipahami “sebagai proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi prilaku pngikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memerbaiki
kelompok dan budayanya.
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para
ahli di bidang organisasi dan manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan
metodelogi pembuatan definisi yang cukup berbeda, bergantung pada pendekatan
(epistemologi) yang mereka bangun guna menyelidiki fenomena kepemimpinan.
Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan
sebagai “... the ability to influence a group toward the achievement of goals.”
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai
serangkaian tujuan. Kata (kemampuan), (pengaruh) dan (kelompok) adalah konsep
kunci dari definisi Robbins.
Definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Laurie J.
Mullins. Menurut Mullins, kepemimpinan adalah “... a relationship through which
one person influences the behaviour or actions of other people.” Definisi
Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang melaluinya seseorang
mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan dalam definisi
yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun
nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan
kelompok tersebut.
Definisi kepemimpinan yang agak berbeda dikemukakan oleh
Robert N. Lussier dan Christopher F. Achua. Menurut mereka, kepemimpinan
adalah“... the influencing process of leaders and followers to achieve
organizational objectives through change.” Bagi Lussier and Achua, proses
mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah melainkan
timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat saja memunculkan
kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada derajat tertentu
memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses pemimpin
mengkomunikasikan gagasan, memperoleh penerimaan atas gagasan, dan memotivasi
pengikut untuk mendukung serta melaksanakan gagasan tersebut lewat “perubahan.”
Definisi kepemimpinan juga diajukan Yukl, yang menurutnya
adalah “... the process of influencing others to understand and agree about
what needs to be done and how to do it, and the process of facilitating
individual and collective efforts to accomplish shared objectives.” Yaitu
proses mempengaruhi orang lain agar mampu memahami serta menyetujui apa yang
harus dilakukan sekaligus bagaimana melakukannya, termasuk pula proses
memfasilitasi upaya individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan bersama.”
Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G.
Northouse yaitu “... is a process whereby an individual influences a group of
individuals to achieve a common goal.” Adalah proses dalam mana seorang
individu mempengaruhi sekelompok individu guna mencapai tujuan bersama.” Lewat
definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah konsep penting dalam
definisi kepemimpinan yaitu:
2.
Kepemimpinan Islam
Dalam nash al-Qur’an maupun Hadts menujukkan tentang siapa
pemimpin, tugas dan tanggung jawabnya, maupun mengenai sifat-sifat dan perlaku
yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarar : 30
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S.
Al-Baqarar : 30)
Pada ayat tersebut jelas, bahwa manusia adalah pemangku
kepemimpinan di muka bumi, sehingga Allah memerintahkan semua ciptaannya untuk
patuh dan taat, bahkan Malaikatpun diperintahkan untuk tunduk pada manusia
(Adam).
Lebih lanjut Al-Qur’an dalam Q.S. an-Nisa : 30 menerangkan
bahwa pemimpin dioersyaratkan seorang laki-laki karena memiliki beberapa
kelebihan sebagaimana Allah telah berikan.
الرِّجَالُ
قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ
بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ
وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ
تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً
Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(Q.S. An-Nisa : 30)
Kemudian tugas seorang pemimpin harus mampu membawa di
bawah kepemimpinannya untuk meninggalkan sesuatu yang dapat membawa bencana,
baik di dunia maupun diakhirat, singkatnya seorang pemimpin harus dapat
mengendalikan kepemimpinannya untuk selalu taat pada Allah.
Firman Allah
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka (Q.S. Al-Tahrim : 6)
Adapun sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, maka
kepemimpinan yang baik adalah sebagaimana kepemimpinan model Rasulullah, yaitu
dengan musyawarah sebagaimana firman Allah SWT.
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ
لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ
فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imron 159)
Dari ayat tersebut dinyatakan bahwa seorang pemimpin harus
memilki sifat lemah lembut dalam menghadapi pihak yang dipimpinnya, karena jika
hal itu dilupakan niscaya mereka satu persatu akan meninggalkannya, atau paling
tidak enggan melaksanakan perintah-perintahnya. Jika demikian apa yang akan
dicapai akan menghadapi kesulitan.
Jika menemui kebuntuan dan kesulitan maka dianjurkan untuk
ijtihad, yaitu usaha dengan sepenuh hati untuk menetapkan sesuatu ketetapan
yang belum ada dalam nash;
Sabda Rasulullah SAW.
اِذَا
حَكَمَ اْلحاَكِمُ فاَجْتَهَدَ ثُمَّ اَصَابَ فَلَهُ اَجْرَانِ وَاِذَا حَكَمِ
فَجْتَهَدَ ثُمَّ اَخْطَاءَفَلَهُ اَجرٌْ رواه البخاري ومسلم
Artinya: apabila seorang hakim memutuskan masalah dengan
jalan ijtihad kemudian ia benar, maka ia mendapat dua pahala. Dan jika dia
memutuskan dengan jalan ijtihad kemudian keliru, maka ia hanya mendapat satu
pahala (H.R. Bukhori Muslim).
Sikap tegas dan terhadap kemungkaran juga harus diterapkan
dalam kepemiminannya, sebagaimana Allah menyatakan dalam Q.S. Al-Fath : 29
مُّحَمَّدٌ
رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ
وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al-Fath : 29)
Dari pernyataan di atas (Qur’an dan Hadits), tampak bahwa
konsep kepemimpinan di dalam ajaran Islam hanya berdasar musyawarah dan
mufakat, namun demikian ada suatu perintah yang tidak boleh lagi
dimusyawarahkan dalam memutuskan sesuatu yaitu dalil-dalil yang qoth’i.
Pada masa kepemimpinan Rasul, memang selalu dituntun oleh
wahyu, jika tidak ada wahyu maka rasul berijtihad baik melalui musyawarah
maupun inisiatif beliau sendiri. Jika keputusan itu benar, Allah membiarkannya
dalam arti tidak ada teguran wahyu, tapi jika ketetapan Rasul atau ijtihad nya
itu tidak tepat maka turnlah wahyu.
Dari dasar itu, maka segala keputusan yang diambil masa
kepemimpinan Rasul selalu benar. Lalu bagaimana generasi setelah rasulullah ?
maka ijtihadlah salah satunya, karena terdapat jaminan dan motifasi hasilnya
sebagaimana disebutkan hadits di atas.
Menurut konsep Al-Qur’an, sebagimana ditulis oleh Khatib
Pahlawan Kayo, bahwa seorang pemimpin harus memilki beberapa persyaratan sebagi
berikut :
a.
Beriman dan bertaqwa. (Al-A’raf :
96)
b.
Berilmu pengetahuan. (Al-Mujadalah
: 11)
c.
Mampu menyusun perencanaan dan
evaluasi. (Al-Hasyr : 18)
d.
Memiiki kekuatan mental
melaksanakan kegiatan. (Al-baqarah : 147)
e.
Memilki kesadaran dan tanggung
jawab moral, serta mau menerima kritik.
Adapun gaya yang harus dimilki seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya, Islam menghendaki seperti berikut ini :
a.
Selalu ramah dan gembira
b.
Menghargai orang lain
c.
Mempelajari tindakan perwira yang
suses dan menjadi ahli dalam hubungan antar manusia
d.
Mempelajari bentuk kepribadian
yang lain untuk mendapatkan pengetahuan dalam sifat dan kebiasaan manusia
e.
Mengembangkan kebiasaan
bekerjasama, baik moral maupun spiritual
f.
Memelihara sikap toleransi
(tenggangrasa)
g.
Memperlakukan orang lain seperti
kita ingin diperlakukan
h.
Mengetahui bilamana harus terlihat
secara resmi sebagai pemimpin dan bilaman sebagai masyarakat, agar kehadirannya
tidak mengganggu orang lain dan dirinya sendiri.
B.
Teori-teori Kepemimpinan
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan
kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang
terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh
karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari
masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang
kepemimpinan.
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri
perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar
belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin,
sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi
kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
1.
Teori Sifat
Teori ini bertolak
dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang
berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin
menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah pengetahuan umum yang luas, daya
ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan; - sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa
kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain
: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang
dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori
yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang
terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai
pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip
keteladanan.
2.
Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
a.
konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan
bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b.
berorientasi kepada bawahan dan
produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai
oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan
perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi
memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership
continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan.
Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat
diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner,
1978:442-443)
3.
Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan
dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi
dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah :
a.
Jenis pekerjaan dan kompleksitas
tugas
b.
Bentuk dan sifat teknologi yang
digunakan
c.
Persepsi, sikap dan gaya
kepemimpinan
d.
Norma yang dianut kelompok
e.
Rentang kendali
f.
Ancaman dari luar organisasi
g.
Tingkat stress
h.
Iklim yang terdapat dalam
organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh
kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya
agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian
gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan
perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
C.
Tipe-tipe Kepemimpinan
1.
Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan
otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai
karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik
adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan
menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
a.
Kecenderungan memperlakukan para
bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan
dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
b.
Pengutamaan orientasi terhadap
pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu
dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
c.
Pengabaian
peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang
dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
a.
Menuntut
ketaatan penuh dari para bawahannya
b.
Dalam menegakkan disiplin
menunjukkan keakuannya
c.
Bernada
keras dalam pemberian perintah atau instruksimenggunakan pendekatan premitif
dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik
hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya di
masyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa
hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua
atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan
atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru.
Pemimpin ini mengembangkan sikap kebersamaan.
3.
Tipe Kharismatik
Karakteristik
yang khas dari tipe ini yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu
memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang
pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut
meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret
mengapa orang tersebut dikagumi.
4.
Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan
bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para
anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui
apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai,
tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak
terlalu sering intervensi.
Karakteristik dan gaya
kepemimpinan tipe ini adalah :
a.
Pendelegasian wewenang terjadi
secara ekstensif.
b.
Pengambilan keputusan diserahkan
kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional,
kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya
langsung.
c.
Status quo organisasional tidak
terganggu
d.
Penumbuhan dan pengembangan
kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota
organisasi yang bersangkutan sendiri.
e.
Sepanjang dan selama para anggota
organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi
berada pada tingkat yang minimum.
5.
Tipe Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memperlakukan manusia
dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
"..BERKACA PADA PEMIMPIN DI MASA LALU.. BERHATI-HATI DALAM MENCARI YANG BARU.."
Menarik sekali artikelnya
BalasHapus