Zona Bisnis

Jumat, 04 Januari 2013

Kondisi Kerja Dan Psikologi Kerekayasaan



A.    Pengertian Psikologi Kerekayasaan atau Ergonomi
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan atau desain. Ergonomi secara khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerja yang berupa perangkat keras atau hardware (mesin, peralatan kerja) dan perangkat lunak atau software (metode kerja, sistem).
Ergonomi dikenal juga dengan istilah Psikologi Kerekayasaan, kerekayasaan faktor manusia, kerekayasaan manusia, biomekanika, psikoteknologi, psikologi eksperimen terapan.
Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Metodenya dengan menganalisis hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat dan tujuan ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian Egonomi berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat kronis dan fatal.
Peran ergonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1.      Perancangan produk.
2.      Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.
3.      Meningkatkan produktivitas kerja.
Sasaran dari Ergonomi yaitu meningkatkan para pengguna agar dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi yang nyaman, aman dan tenteram. Mengapa Perlu Ergonomi ? Manusia adalah mahluk pekerja. Dengan bekerja mereka akan menghasilkan suatu hasil kerja. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya itu manusia bisa saja memakai peralatan kerja dan berada dalam lingkungan kerja tertentu. Peralatan kerja harus sesuai dengan manusia pemakai, lingkungan kerjanya harus mendukung fungsi tubuh yang sedang bekerja. Hal itulah yang dituju dalam pelaksanaan ergonomic di tempat kerja.
Ada beberapa bidang yang menjadi garapan ergonomi, yaitu:
1.      Kondisi lingkungan
Yaitu aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi kerja manusia. Lingkungan yang tidak kondusif untuk bekerja akan memberikan beban tambahan bagi tubuh; pada hal tubuh sedang melaksanakan beban utama yaitu tugas yang sedang dilaksanakan. Demikian juga lingkungan dingin, kelembaban relatif, penipisan kadar oksigen, adanya zat pencemar dalam udara semuanya akan mempengaruhi penampilan kerja manusia. Itulah yang menjadi fokus kajian ergonomi. Penerangan tempat kerja, adanya kebisingan, lingkungan kimia, biologi dan lingkungan sosial di tempat kerja berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas kerja dan karyawan pun akan merasa kurang nyaman sehingga dapat menimbulkan stress kerja dan membuat lebih banyak kesalahan.
2.      Kondisi waktu
Yaitu lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan berlebihan. Berapa jam per minggu seorang tenaga kerja harus bekerja. Jika dibebankan dengan waktu yang lama maka efeknya adalah pekerjaan terbengkalai dan emosi terkuras.
3.      Kondisi sosial
Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan problema kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai bekerja.
4.      Sikap kerja
Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera otot-otot. Dalam sikap yang tidak alamiah tersebut akan banyak terjadi gerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain dan cedera otot-otot.
5.      Interaksi manusia-mesin atau peralatan kerja
Tujuannya untuk menentukan keserasian antara manusia dengan mesin atau peralatan kerjanya. Bagaimana manusia dapat mengontrol mesin-mesin melalui display dan control. Ketidakserasian antara kedua faktor tersebut akan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan tubuh.
B.     Pengaruh Kondisi Kerja dalam Perilaku Manusia
Kondisi kerja secara fisik, Rancangan kantor memberikan pengaruh pada produktivitas. Masalah yang biasa dihadapi selain masalah perparkiran, lokasi, ruang kantor, tampaknya perlu juga diperhatikan faktor-faktor lingkungan spesifik seperti penerangan atau iluminasi, warna, kebisingan dan musik.
1.      Iluminasi (penerangan)
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah kadar (intensity) cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Pengaturan yang ideal adalah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual. Memberikan cahaya penerangan pada suatu daerah kerja yang lebih tinggi kadar cahayanya daripada daerah yang mengelilinginya akan menimbulkan kelelahan mata setelah jangka waktu tertentu. Pada daerah yan terang pupil mata mengecil. Kalau melihat sekeliling yang lebih gelap (hal yang wajar dilakukan) pupil mata membesar. Kegiatan pupil mata ini yang menyebabkan timbulnya kelelahan mata.
Sinar yang menyilaukan merupakan faktor yang mengurangi efisiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata. Sinar dirasakan sebagai silau karena intensitas cahaya melebihi dari intensitas cahaya yang biasa diterima oleh mata. Sinar yang menyilaukan dapat ditimbulkan langsung oleh sumber cahayanya atau oleh bidang-bidang yang memiliki pemantulan sinar yang tinggi.
Silau juga dapat meningkatkan kesalahan dalam kerja rinci selama waktu 20 menit. Selain ketegangan mata, silau juga dapat mengaburkan pandangan. Silau ditempat kerja dapat diatasi dengan berbagai cara. Sumber cahaya yang sangat terang dapat “ditutupi” dengan pelindung, atau diletakkan di luar bidang pandang pekerja. Cara lain ialah dengan memberikan semacam kelep topi (visor) atau pelindung mata (eyeshader).
2.      Warna
Erat kaitannya dengan iluminasi ialah penggunaan warna pada ruangan dan peralatan kerja. Penggunaan warna dan kombinasi warna yang tepat dapat meningkatkan produktivitas, menurunkan kecelakaan dan kesalahan dan meningkatkan semangat kerja. Namun pandangan diatas tidak didukung oleh hasil penelitian. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai makna dalam pekerjaan. Warna dapat digunakan sebagai:
a.       Alat sandi atau sebagai pencipta kontras warna. Misalnya pada alat pemadan kebakaran yang berwarna marah.
b.      Upaya untuk menghindari timbulkanya ketegangan mata. Pantulan cahaya dapat berbeda-beda tergantung dari warna yang digunakan.
c.       Alat untuk menciptakan ilusi tentang besar dan suhu ruangan kerja.

Warna
Efek Jarak
Efek Suhu
Efek Psikis
Biru
Jauh
Sejuk
Menenangkan
Hijau
Jauh
Sangat sejuk
Sangat menenangkan sampai netral
Merah
Dekat
Panas
Sangat mengusik dan terkesiap
Orange
Sangat dekat
Sangat panas
Merangsang
Kuning
Dekat
Sangat panas
Merangsang
Coklat
Sangat dekat netral
Merangsang
Menenangkan
Lembayung
Sangat dekat sejuk
Agresif terkesiap
Melesukan

3.      Bising
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak diinginkan, yang mengganggu, yang menjengkelkan. Namun batasan tersebut kurang memuaskan karena tidak ada dasar yang jelas untuk menyatakan kapan suatu bunyi tidak diinginkan.
Burrows dalam Mc Cormick berpendapat bahwa dalam rangka teori informasi, maka bising ialah that auditory stimulus or stimuli bearing no informational relationship to the presence or completion of the immediate task. McCormick selanjutnya menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan dari Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan mengatakan bahwa bunyi atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak memiliki hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
Bising dalam lingkungan kerja membuat kita menjadi mudah marah, gelisah dan tidak bisa tidur, bahkan dapat membuat kita menjadi tuna rungu. McCormick membedakan antara tuna rungu syarat (nerve deafness) dan tuna rungu konduksi (conduction deafness). Kehilangan pendengaran pada tuna rungu syaraf pada umumnya terjadi karena frekuensi yang tinggi hingga besar daripada frekuensi yang rendah. Pengurangan normal pendengaran pada proses menua biasa merupakan tuna rungu syaraf. Hal tersebut juga terkait dengan akibat dari seringnya individu secara intensif berada pada tingkat kebisingan yang tinggi. Tuna rungu syaraf jarang dapat disembuhkan. Tidak demikian dengan tuna rungu konduksi yang merupakan tuna rungu sementara.
Berikut ini akibat-akibat lain dari tingkat kebisingan yang tinggi:
a.       Timbulnya perubahan fisiologis
Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengarkan bising pada tingkat 95-110 desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan detak jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata. Penyempitan dari pembuluh darah tetap berlangsung beberapa waktu setelah tidak ada bising lagi dan mengubah persediaan darah untuk seluruh tubuh. Satu paparan (exposure) yang bersinambungan terhadap bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit jantung. Bising yang keras juga meningkatkan ketegangan otot.
b.      Adanya dampak psikologi
Bising dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Mereka bekerja dalam lingkungan yang ekstrem bising lebih agresif, penuh curiga dan cepat jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang sepi.
Bising yang konstan atau tetap berbeda pengaruhnya dengan bising yang tidak tetap. Dengan situasi bising yang konstan atau kebisingan yang tidak tetap namum teratur, kita dapat menyesuasikan diri. Misalnya orang yang tinggal di dekat rel kereta api. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penyesuaian hanya berlangsung pada taraf sadar, sedangkan dampak fisiologis tetap berlangsung. Meskipun pekerja tidak merasa secara sadar akan kebisingan, tetapi pendengarannya menderita (secara mendadak mengetahui ketajaman pendengarannya berkurang), pembuluh darah menyempit dan lebih banyak tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan tempo kerja yang sama (sehingga marasa sangat lelah dan lekas marah).
Ciri-ciri bising lain yang memiliki potensi mengganggu ialah kenalan (familiarity), nada dan keharusan adanya bising pada pekerjaan. Bunyi yang tidak dikenal lebih mengganggu dari pada bunyi-bunyi yang telah dikenal. Nada yang sangat tinggi dan nada yang sangat rendah leibh mengganggu dan menjengkelkan daripada nada-nada dari rentang tengah. Bunyi menjadi tidak mengganggu jika merupakan bagian dari pekerjaan yang harus dilakukan.
Berdasarkan  penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi kerja berpengaruh secara signifikan pada perilaku manusia (dalam hal ini adalah para pekerja dalam organisasi atau perusahaan). Kondisi kerja yang kondusif, aman, dan nyaman dapat membuat perilaku manusia sesuai apa yang prioritaskan organisasi atau perusahaan. Dan hal ini berkontribusi terhadap kemajuan organisasi atau perusahaan.
C.    Manfaat Psikologi Kerekayasaan
Manfaat psikologi kerekayasaan dalam membuat kondisi kerja yang kondusif, aman, dan nyaman merupakan salah satu manfaat yang terlihat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar