BAB
I
- LATAR BELAKANG
Manusia sebagai
salah satu makhluk hidup tidak lepas dari berbagai kebutuhan, baik
itu kebutuhan yang bersifat material maupun kebutuhan yang bersifat
spiritual. Untuk pemenuhan kebutuhan inilah yang menjadi stimulus
berbagai perilaku manusia, yang membedakan manusia yang satu dengan
yang lainnya. Manusia akan merasa puas jika suatu kebutuhannya
terpenuhi, namun akan merasa kurang dari sisi kebutuhan yang lainnya,
sehingga individu akan melengkapi kebutuhan-kebutuhannya tersebut
sepanjang hidupnya.
Perkembangan
zaman dewasa
ini berkembang dengan pesat, mempengaruhi semua sendi-sendi
kehidupan. namun seharusnya kemajuan teknologi dapat membuat manusia
bahagia, tapi ternyata malah membuat dunia semakin kacau, terjadi
peperangan disana-sini dan konflik muncul dan berkembang di
mana-mana. Di
era modern ini, beragam macam krisis menimpa dan menjadi bagian dalam
kehidupan manusia, mulai dari krisis sosial, agama, struktural,
kultur, politik bahkan sampai pada krisis spiritual, yang pada
akhirnya dapat disimpulkan bahwa semuanya bermuara pada persoalan
makna kehidupan bagi manusia. Dalam hal modernitas, yang di dalamnya
terdapat kemajuan teknologi dan perkembangan industralisasi
mengakibatkan manusia kehilangan orientasi, visi dan misi dalam
hidupnya sendiri. Ketika kekayaan materi yang melimpah daan kian
menumpuk, namun pada saat yang sama jiwa memiliki ruang kosong dan
hampa. Yang menjadi prioritas bukan lagi ketenangan batin namun
pemuasan hasrat pemenuhan materi-materi duniawi, seperti bekerja
siang malam, tanpa mengenal waktu demi menggapai materi, mengeruk
keuntungan-keuntungan duniawi yang tidak berujung.
Semula banyak orang
terpukau dengan modernisasi, mereka menyangka bahwa dengan
modernisasi itu serta merta akan membawa kesejahteraan. Mereka lupa
bahwa dibalik modernisasi yang serba gemerlap memukau itu ada gejala
yang dinamakan the
agonymodernation,
yaitu azab sengsara karena modernisasi. Gejalanya dapat kita saksikan
seperti meningkatnya angka-angka kriminalitas yang disertai dengan
tindak kekerasan, perkosaan, judi, penyalah gunaan obat terlarang,
kenakalan remaja, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa dan lain
sebagainya.
Dikemukakan oleh
para ahli bahwa gejala psikososial diatas disebabkan karena semakin
modern suatu masyarakat semakin bertambah intensitas dan
eksistensitas dari berbagai disorganisasi dan disintegrasi sosial
dimasyarakat itu.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tulang punggung
modernisasi dan industrialisasi, taanpa sadar telah terjadi penyalah
gunaan sehingga mengakibatkan dampak negatif berupa kerusakan
lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup yang dimaksud disini
tidak semata-mata lingkungan hidup dalam arti fisik yaitu polusi dan
kerusakan alam lainnya, tetapi lingkungan dalam arti tata-nilai
kehidupan.
Demikianlah
modernisme dipandang gagal memberikan
kehidupan yang lebih bermakna kepada manusia, karena itu tidak heran
jika kemudian orang kembali kepada agama yang memang berfungsi antara
lain untuk memberikan makna dan tujuan hidup. Kebutuhan manusia
merupakan hal yang sangat penting untuk dipenuhi khususnya kebutuhan
dasar, dalam hal ini saya mengkhususkan pada teori hierarki kebutuhan
milik Abraham maslow. Ia
membuat hipotesis bahwa setiap manusia mempunyai 5 kebutuhan,
kebutuhan itu dipisahkan kedalam urutan-urutan yang salah satunya
adalah aktualisasi diri. Pembahasan lengkapnya akan dibahas pada bab
selanjutnya.
Dalam
karya ilmiah ini penulis mencoba menguraikan tentang aktualisasi diri
menurut prespektif islam khususnya tasawuf dan sebaliknya yaitu
dengan melihat dari sudut pandang psikologi yang dalam hal ini
mengambil teori dari tokoh psikologi humanistik yaitu Abraham Maslow
dan sudut pandang tasawuf.
- OUTLINE
- Pengertian aktualisasi diri
- Pandangan psikologi humanistik mengenai aktualisasi diri
- Pandangan islam mengenai aktualisasi diri
- TUJUAN
Karya
ilmiah yang
berjudul Aktualisasi diri menurut perspektif
psikologi dan tasawuf ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
tasawuf yang saya pelajari di semester ini. Selain itu agar kita
memahami pengertian aktualisasi diri dan pandangan psikologi dan
pandangan isam mengenail aktualisasi diri.
- METODE
Penulis dalam
membuat makalah ini menggunakan metode yang lazim digunakan oleh para
mahasiswa, yaitu metode perpustakaan. Kami cukup mengambil dari
literatur dan referensi yang berkaitan dengan topik makalah dari
penulis. Cara ini selain mempermudah juga bisa menghemat waktu.
Selain itu juga kami mengambil beberapa keterangan-keterangan dari
para dosen, kyai dan hasil dari diskusi.
BAB
II
- Pengertian Aktualisasi Diri
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kata aktualisasi
berasal dari kata dasar aktual yang artinya benar-benar ada atau
sesungguhnya sehingga kata aktualisasi artinya membuat sestatu
menjadi benar-benar ada, sedangkan kata diri artinya orang atau
seseorang. Berdasarkan
dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri
adalah upaya untuk
membuat
seseorang benar-benar ada atau dengan kata lain keberadaannya diakui.
Dapat
dikatakan bahwa aktualisasi diri adalah sebuah keadaan dimana seorang
individu telah menjadi dirinya sendiri, ia mengerjakan sesuatu yang
disukainya, dan ia mengerjakan dengan gembira, bahagia dan tanpa
beban. Aktualisasi diri juga dapat diartikan sebagaimanakita
mengembangkan kekuatan diri kita sendiri.
- Pandangan Psikologi Humanistik Tentang Aktualisasi Diri
Psikologi adalah
disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara umum dapat
dilihat dari segi mental, baik yang bersifat perasaan ataupun bukan,
dengan tujuan untuk mencapai kaidah kaidah yang dapat dipakai guna
memahami berbagai motif perilaku, mengenali dan memastikan
(gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam perilaku).
Dalam
percakapan sehari hari, banyak yang mengaitkan tasawuf dengan unsur
kejiwaan dalam diri manusia. Dan
hal ini cukup beralasan mengingat substansi pembahasannya, yaitu
berkisar pada jiwa manusia. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik
dengan unsur kejiwaan. Mengingat adanya hubungan relevansi yang
sangat erat antara spiritualitas tasawuf dan ilmu jiwa, terutama ilmu
kesehatan mental, kajian tasawuf tidak terlepas dari kajian tentang
kejiwaan manusia itu sendiri. Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan
tentang hubungan jiwa dengan badan. Tujuan yang dikehendaki dari
uraian tentang hbungan jiwa dan badan dalam tasawuf adalah
terciptanya keserasian antara keduanya. Pembahasan ini dikonsepsikan
oleh para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan perilaku
yang dipraktekkan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya
sehingga perbuatan itu terjadi. Dimana semua yang dimunculkan melalui
jiwanya tersebut baik sikap dan kepribadian seseorang tidak terlepas
dari keudua unsur ini yakni tasawuf dan psikologi.
Tokoh terkenal dalam
psikologi humanistik salah satunya adalah abraham maslow, ia pernah
berpendapat mengenai proses aktualisasi diri. Ia berpendapat bahwa
proses aktualisasi diri adalah perkembangan atau penemuan jati diri
dan mekarnya potensi yang ada atau terpendam.
Teori
kebutuhan maslow, termasuk konsep aktualisasi diri yang ia
definisikan sebagai keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau
keinginan untuk menjadi apapun yang seorang mampu untuk mencapainya.
Aktualisasi diri ditandai denganpenerimaan diri dan orang lain,
spontanitas, ketebukaan hubungan dengann orang lain yang relatif dekat
dan demokratis, kreativitas, humoris dan mandiri. Maslow menempatkan
posisi aktualisasi diri ini pada puncak hierarki kebutuhannya, hal
ini berarti bahwa pencapaian dari kebutuhan yang paling penting ini
bergantung pada pemenuhan seluruh kebutuhan lainnya. Kesukaran untuk
memenuhi kebutuhan ini diakui oleh maslow, yang mempekirakan bahwa
lebih sedikit dari satu persen orang dewasa yang mencapai aktualisasi
diri.
Abraham
maslow dalam bukunya yang berjudul heirarchy of needs menggunakan
istilah aktualisasi diri (self actualization)
sebagia kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow
nenemukan bahwa, tanpa memandang suku atau asal-usul seseorang,
setiap orang mengalami tahapan-tahapan peningkatan kebutuhan atau
pencapaian dalam hidupnya.
Berikut
ini adalah kebutuhan menurut maslow yang
digambarkan dalam sebuah segi tiga :
- Kebutuhan fisiologi, meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian, tempat tinggal maupun kebutuhan biologis.
- Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi kebutuhan akan keselamatan kerja, kemerdekaan dari rasa takut atau tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancan.
- Kebutuhan rasa saling memiliki, sosial dan kasih sayang, meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, berinteraksi dan kasih sayang.
- Kebutuhan akan penghargaan, meliputi kebutuhan akan harga diri,dan penghargaan dari pihak lain
- Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi memaksimalkan penggunaan dan potensi diri.
Terlihat bahwa
kebutuhan manusiaberdasarkan pada urutan prioritasdimulai dari
kebutuhan dasar yang banyak berkaitan dengan unsur biologis,
dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi yang banyak berkaitan
dengan unsur kejiwaan, yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri
tersebutlah yang dinamakan unsur spiritual.
Perlu
dipahami bahwa aktualisasi diri erat kaitannya dengan kesadaran.
Kesadaran untuk mengenali diri, memperbaiki diri, dan keinginan untuk
merubah kondisi dan hidup ke arah yang lebih baik
dari hari ke hari.
- Pandangan Islam Khususnya Tasawuf Tentang Aktualisasi Diri
Sesunguhnya tasawuf
dalam Islam merupakan pengembangan metode mendekatkan diri dengan
Allah, oleh karena itu ilmu tasawuf berkembang terus menerus seiring
perkembangan itu pula.sejak pertama kali diajarkan ilmu tasawuf dan
diamalkan oleh para sufi sejak itu pula masalah-masalah itu timbul
atau (controversial) seputar ajaran yang dianutnya.
Sebagai
suatu kenyataan manusia ada, karena itu ada eksistensi manusiawi.
Oleh
karena itulah pembinaan manusia seutuhnya tidak bisa mengenyampingkan
faktor agama, sebab bagaimanapun agama merupakan bangunan bawah dari
moral suatu bangsa. Agama adalah sumber dari sumber nilai dan norma
yang memberikan petunjuk, mengilhami dan mengikat masyarakat yang
bermoral yang akan menjadi solidaritas dan karena agamalah satu
satunya yang memilki dimensi kedalaman kehidupan manusia.
Tasawuf adalah
disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritualitas yang mengacu
pada moralitas yang bersumber dari nilai islam, dengan pengertian
bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam,
karena seluruh agama islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip
moral. Tasawuf membina manusia agar mempunyai mental utuh dan
tangguh, sebab didalam ajarannya yang menjadi sasaran utamanya adalah
manusia dengan segala tingkah lakunya. Tasawuf mengajarkan bagaimana
rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi luhur, baik
sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan
Khaliq pencipta alam semesta.
Dari
pengertian Tasawuf yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami
bahwa kaum sufi memandang diri mereka sebagai Muslim yang
memperhatikan secara sungguh-sungguh seruan Allah untuk menyadari
kehadiran-Nya, baik di dunia (alam) ini maupun di dalam diri mereka.
Mereka cenderung menekankan hal-hal yang batiniah di atas yang
lahiriah, kontemplasi di atas tindakan, perkembangan spiritual di
atas aturan hukum, dan pembinaan jiwa di atas interaksi sosial. Pada
tingkat teologis, sufi berbicara masalah “ampunan, keanggunan, dan
keindahan” Tuhan jauh melebihi perbincangan mereka mengenai
“kemurkaan, kekerasan, dan kemegahan-Nya” yang memainkan peran
penting dalam fiqh (hukum Islam) maupun kalam
(teologi
dogmatis). Tasawuf tidak saja dikaitkan dengan institusi-institusi
dan individu-individu tertentu, tetapi juga dengan kepustakaan yang
berlimpah dan kaya, terutama syair.
Dari
segi kesejarahan, pemikiran tentang Tasawuf dapat dikelompokkan pada
dua tingkat. Tingkat pertama, Tasawuf merupakan sesuatu yang tidak
tampak, yang memberi semangat pada kehidupan komunitas Muslim. Pada
tingkat kedua, kehadiran Tasawuf dikenal melalui
karakteritik-karakteristik teramati tertentu yang melekat pada rakyat
dan masyarakat maupun bentuk-bentuk kelembagaan yang spesifik. Para
penulis sufi yang mengkaji Tasawuf pada tingkat kedua bermaksud
menggambarkan bagaimana figur-figur Muslim besar mencapai tujuan
kehidupan manusia, yakni kedekatan kepada Tuhan. Nama-nama sufi besar
antara lain Ibn ‘Arabi, Jalaluddin ar-Ruumi, Rabi’ah
al-Adawiyyah, al-Ghazali setelah merasa jenuh dengan Filsafat, dan
lain-lain mengemukakan kajian tentang kedekatan dengan Allah melalui
berbagai maqaam
(stasiun).
Abdul
Karim al-Qusyairi, tokoh tasawuf Sunni mengemukakan tiga media dalam
diri manusia yang dapat digunakan untuk ma’rifah Allah yaitu qalb
(hati/kalbu), ruh
(roh),
dan sirr.
Qalb
untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan, roh untuk mencintai Tuhan, dan
sirr untuk mengenal Tuhan. Sirr inilah yang dapat menerima pancaran
cahaya ilahi, ketika ia telah disucikan dari berbagai kotoran.
Al-Ghazali m3nggambarkannya sebagai daya yag paling peka dalam diri
manusia.(Asep Usman Ismail dlm Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, 2002:307-315)
Di
samping maqamat terdapat pula ahwal
(keadaan)
di mana
maqam
lebih merupakan tempat atau martabat seorang hamba di depan Allah
pada saat ia berdiri di hadapan-Nya. Maqam diperoleh dengan latihan
(riyadhah)
dalam hidup keseharian, sementara ahwal adalah kurnia Allah yang
datang secara tiba-tiba. Maqamat merupakan proses pembelajaran untuk
smpai kepada tujuan ideal tasawuf. Secara garis besar proses
pembelajaran tersebut memiliki tiga tahap. Pertama, takhalli
yakni
mengosongkan diri dari sifat-sifat keduniawian yang tercela. Kedua,
tahalli
yaitu
mengisi dan menghiasi diri serta membiasakan diri dengan sifat,
sikap, dan perbuatan yang baik. Ketiga, tajalli
adalah
lenyapnya sifat-sifat kemanusiaan yang rendah dan digantikan dengan
sifat-sifat ketuhanan.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Maslow
memperkenalkan dengan istilah transpersonal yang diidentikkannya
dengan realisasi akan kebutuhan transendensi diri. Dan sebenarnya di
antara kebutuhan akan aktualisasi diri, sebenarnya terdapat
meta-kebutuhan (meta-needs) yang diistilahkan sebagai kebutuhan akan
kebermaknaan, kebutuhan luhur nilai-nilai insaniah (being valued),
seperti kebutuhan memiliki kesempurnaan, keindahan,
keunikan,kebenaran atau kebahagiaan. Masih berkaitan dengan pemenuhan
jenjang kebutuhan, Maslow bertutur:”…As you move up trough the
hierarchy, the needs are also more distinctly human and less
animalistic”. Pribadi yang ter-aktualisasi oleh Maslow dilukiskan:
“Pribadi yang teraktualisasi sebagai seseorang yang menggunakan dan
memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas, dan potensi”.
Orang-orang yang
dapat mengaktualisasikan dirinya itu merasa sukses dan mencapai
kepuasan. Mereka dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dibandingkan
orang yang tidak mengalami aktualisasi diri. Pada umumnya Orang-orang
yang dapat meng-aktualisasikan diri nya bercirikan jujur, menjadi
dirinya sendiri, tepat dalam mengekspresikan pikiran dan
emosi-emosinya, melihat hidup dengan jernih, berusaha mencari dan
menghadapi emosi dari pada menghindari, dan memiliki kemampuan jauh
diatas rata-rata.
Rendah hati, kreatif
dan ekspresif, memiliki kadar konflik yang rendah baik dengan diri
sendiri maupun dengan orang lain, membaktikan hidupnya pada
pekerjaan-pekerjaan dan kewajiban-kewajiban dengan penuh kegembiraan.
Bahkan ia mampu melihat realitas tersembunyi, lebih sedikit memiliki
kecemasan atau ketakutan dan pesimisme, berani membuat kesalahan,
mampu menyesuaikan diri dalam perubahan, dan mengalami “peak
experience”, yakni, “Something that tends to take you outside
your self, you are not thinking about your self but rather are
experiencing whatever you’re experiencing as fully as possible”.
Bukankah setiap
orang memiliki potensi untuk mencapai aktualisasi diri ? Ya. Benar,
sebab hal ini merupakan kebutuhanintrinsic manusia, namun umumnya
orang sulit mencapai tingkat aktualisasi diri, bahkan kebutuhan akan
berprestasi sekali pun tidak. Sebagian orang sulit menyadari akan
kebutuhan hakikat dirinya. Padahal manusia memiliki kapasitas untuk
tumbuh.
Sayangnya, hasil
penelitian menunjukkan hanya sebagian kecil persentasi orang yang
mampu mendekati realisasi penuh atas kemampuan-kemampuan mereka.
Kenapa orang sulit mencapai tingkat aktualisasi diri ? Untuk konteks
kekinian dan kedisinian, penyebab utamanya adalah mindsite
materialisme yang sudah membanjiri kepala banyak orang.
Padahal dalam proses
pengembangan pribadi, aktualisasi diri dilakukan tanpa melibatkan
kepentingan pribadi yang sifatnya “untung-rugi”, tetapi
dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab dan ketulusan. Tujuan
aktualisasi dalam proses pengembangan pribadi semata-mata untuk
mencapai kebutuhan being values, antara lain, untuk meraih
kebahagiaan, penuh makna, dan kesempurnaan.
Aktualisasi
diri juga diarahkan untuk melakukan perbaikan dalam sikap dan
perilaku dengan cara membaktikan hidupnya pada pekerjaan dan
kewajiban yang didasarkan pada panggilan hati nurani (innervoice)
dengan sikap bersungguh-sungguh. Jika ia seorang guru, pasti ia
menjadi guru yang baik, bukan sembarang guru. Jika ia seorang
mahasiswa, pasti ia menjadi mahasiswa
yang baik, bukan sembarang mahasiswa. Jika ia seorang karyawan, pasti
ia menjadi karyawan yang baik, bukan sembarang karyawan, dan
seterusnya dan sebagainya. Nah, ini
menuntut
kerja keras, disiplin, latihan dan tidak jarang perlu menunda
kenikmatan.
Mereka
benar-benar mandiri dan sungguh-sungguh dalam menentukan apa yang
menjadi
kehendaknya.
Perbuatan-perbuatan
mereka benar-benar berdasarkan hati nurani, bukan karena orang lain,
atau prestise. Sikap seperti ini dalam proses pengembangan pribadi
akan membawa individu pada aktualisasi diri yang salah satu cirinya
mengalami pengalaman puncak atau “peak experience”.Begitulah
kenyataannya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Hasyim.
Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi . Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Ofset. 2002.
Rasihi Anwar,
Mukhtar Solihin. Ilmu tasawuf. Jakarta: CV Pustaka Setia, 2004.
Goble, Frank G.
terj. A. Supratiknya, Mazhab
Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Yogyakarta:
Kanisius, 1999.
Sahilun A. Nasir,
Prinsip-prinsip Tashawuf Islam, CV. Nur Cahaya, Yogyakarta, 1983.
Misiak Henryk dan
Virginia Staudt Sexton, Psikologi Fenomenologi, Eksistensial dan
Humanistik, Bandung: Refika Aditama, 2005.
jika ada pertanyaan, atau hal-hal yang kurang jelas didalam tulisan SaYa.. mohon komentarnya..
jika ada pertanyaan, atau hal-hal yang kurang jelas didalam tulisan SaYa.. mohon komentarnya..
wah ternyata dalam islam ada juga aktualisasi diri...
BalasHapus